Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

Monday, July 4, 2011

“The Mother”, a poem written by Hitler


This poetry was written by the Germany dictator, Adolf Hitler in 1923. This beautiful poem was dedicated for his beloved mother. Even a dictator who had killed millions of people, love his mother very much (:

The Mother 

“When your mother has grown older,
When her dear, faithful eyes
no longer see life as they once did,
When her feet, grown tired,
No longer want to carry her as she walks -
Then lend her your arm in support,
Escort her with happy pleasure.
The hour will come when, weeping, you
Must accompany her on her final walk.
And if she asks you something,
Then give her an answer.
And if she asks again, then speak!
And if she asks yet again, respond to her,
Not impatiently, but with gentle calm.
And if she cannot understand you properly
Explain all to her happily.
The hour will come, the bitter hour,
When her mouth asks for nothing more.”
Adolf Hitler, 1923.

Terjemahan Indonesia

PUISI UNTUK BUNDA
Bunda telah beranjak sepuh dan kau telah tumbuh dewasa,
Kala yang biasanya mudah dan tanpa upaya, kini jadi beban,
Kala mata terkasihnya nan setia,
tak menerawang kehidupan seperti dahulu,
Kala kakinya mulai lelah dan enggan menyokong tubuhnya lagi,
Kala itu berikanlah lenganmu untuk menyokongnya,
temanilah ia dengan kegembiraan dan sukacita,
Waktu akan tiba, ketika kau terisak menemaninya,
dalam perjalanan terakhirnya.
Dan jika ia bertanya kepadamu, selalu menjawabnya,
Dan jika ia bertanya lain kali, jawablah pula.
tidak dengan gelegar, namun dengan damai lembut,
Dan jika ia tak mampu mengertimu dengan baik,
jelaskan semuanya dengan sukacita,
Waktu akan tiba, waktu nan getir,
tatkala mulutnya tak akan bertanya lagi…
Puisi ini diterjemahkan dari bahasa Jerman pada tahun 1923, ditulis oleh orang yang sangat mencintai ibunya. Dia adalah…

Adolf Hitler

0 comments:

Post a Comment

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Blogger Templates